“Verba volant scripta manent.”
Semboyan itu sangat lekat dan erat bagi para arsiparis. Peribahasa Latin ini secara harfiah memiliki arti bahwa perkataan lisan itu akan dilupakan, sementara tulisan bersifat tetap. Idiom ini juga menegaskan betapa pentingnya tulisan sebagai media pewarisan keilmuan dan bahkan dalam konteks makro: peradaban! Karena berkat tulisan itulah khazanah keilmuan dan peradaban dapat dipelihara dan diwariskan dari masa ke masa.
Karya tulis merupakan hal penting dalam dunia kesusastraan, baik itu dalam bentuk puisi maupun prosa. Khazanah sastra suatu bangsa setidaknya akan dapat dilihat dan diukur dari produktivitas karyanya. Dalam konteks ini pun “Cerita Rakyat” sebagai salah satu genre di dalam karya sastra menempati posisi yang penting. Dalam khazanah Sastra Nusantara, Hutomo (1991) menguraikan bahwa cerita rakyat merupakan karya nenek moyang yang diceritakan dari generasi ke generasi dalam masyarakat kolektif yang empunya cerita. Ada banyak model cerita rakyat, seperti mitos, babad, legenda, dongeng, dan bentuk-bentuk naratif lainnya.[1]
Dari sekian banyak model cerita rakyat yang ada, jenis yang akan dipilih dalam pelatihan menulis pada program ini lebih mengacu pada model cerita “legenda”. Model cerita ini merupakan jenis prosa rakyat yang paling memiliki nilai sejarah, terutama sebagai sumber penyusunan sejarah lokal desa-desa, kecamatan, atau tempat penting lainnya. Dengan begitu diharapkan, program ini juga dapat berkontribusi bagi dokumentasi sejarah dan budaya, terutama dalam dimensi khazanah kesastraan yang ada di Kota Banjar.
Selanjutnya, dengan mengambil fokus segmentasi kawula muda harapan kami tentunya masyrarakat terutama kalangan kawula muda di Kota Banjar memiliki kepekaan dan sekaligus wawasan serta pengetahuan untuk memahami khazanah sastra maupun budaya sebagai kebajikan dan kebijakan lokal (local wisdom) sehingga para kawula muda terdorong untuk terus menggali dan melestarikan sertta mengembangkaanya secara berkelanjutan.
Menyadari akan arti pentingnya kekayaan ilmu dan peradaban, termasuk khazanah budaya sebuah kota, maka Yayasan Ruang Baca Komunitas (YRBK) dengan dukungan penuh dari Pusbanglin, Badan Bahasa, Kemendikbudristek akan mengadakan pelatihan menulis (workshop) dengan tema “Menulis Cerita Rakyat Bersama Kawula Muda Kota Banjar”.
Melalui kegiatan ini, peserta akan dilatih dan dibimbing hingga tulisannya layak didokumentasikan dalam buku antologi. Kawula muda Kota Banjar yang berusia 16-24 tahun diajak untuk berpartisipasi menjadi bagian dari program ini. Untuk para kawula muda (siswa SLTA. mahasiswa, santri, pemuda lainnya perwakilan Karang Taruna Desa/Kelurahan) yang berminat dalam kegiatan penulisan, silahkan mengikuti kegiatan sosialisasinya dengan mengisi formulir pada link berikut: https://bit.ly/Cerita-Rakyat-2024
Kegiatan “Sosialisasi Menulis Cerita Bersama Kawula Muda Kota Banjar” akan dilaksanakan pada Rabu, 10 Juli 202 bertempat di Ballroom Hotel Mandiri Kota Banjar (Lampiran Susunan Acara dapat diunduh di sini). Setelah kegiatan sosialisasi ini, Panitia YRBK berdasarkan masukan dari Tim Penilai/Peer Reviewer akan memilih 17 (Tujuh Belas) orang peserta yang akan diundang untuk mengikuti rangkaian kegiatan berikutnya, yakni: “Workshop Menulis Cerita Rakyat Bersama Kawula Muda Kota Banjar”. Kegiatan workshop penulisan ini diagendakan berjalan dalam tiga tahap hingga proses naskah selesai dan siap untuk diterbitkan menjadi buku Antologi Cerita Rakyat Kota Banjar.
Rangkaian kegiatan berikutnya, setelah buku terbit maka kami akan mengadakan peluncuran dan bedah buku dalam gelaran seminar publik untuk membahas dan mendiskusikan buku ini sebagai bentuk apresiasi dan promosi sastra lokal. Secara skematis, rangkaian kegiatan ini dapat divisualisasikan dalam bagan berikut.
[1] Hutomo, Suripan Sadi. (1991). Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia.